-->

Sejarah Pahlawan Prof. Soeharso Boyolali

Prof. Dr. Suharso (lahir di Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, 13 Mei 1912 – meninggal di Solo,Jawa Tengah, 27 Februari 1971 pada umur 58 tahun) adalah dokter ahli bedah, pahlawan nasional Indonesia, dan pendiri Pusat Rehabilitasi Profesor Dokter Suharso yang merupakan tempat merawat penderita cacat jasmani.

Sejarah Pahlawan Prof. Soeharso Boyolali, Sejarah Boyolali


Ayahnya bernama Sastrosuhardjo, pernah menjadi lurah atau kepala desa. Pak Sastrosuhardjo adalah keturunan abdi dalem, pegawai kraton Surakarta. Putranya ada tujuh orang dan Prof. Dr. R. Soeharso adalah putranya yang keempat. Soeharso hidup dan dibesarkan di lingkungan pedesaan dengan penuh kesederhanaan. Diantara putra dan putri Pak Sastrosuhardjo adalah Soeharso yang paling nakal. Karena itu kakeknya memberi sebutan si jago abang (jago merah).

Pada usia tujuh tahun, yaitu pada tahun 1919, Soeharso disekolahkan di Sekolah Dasar berbahasa Belanda (HIS = Hollandsch Inlandsche School) di salatiga. la termasuk anak yang cerdas dan tidak pernah tinggal kelas. Ketika ia duduk di kelas lima HIS ayahnya meninggal dunia. Kehidupan rumah tanggal almarhum Pak Sastrosuharjo mengalami kegoncangan.

Syukurlah bahwa Ibunda Soeharso seorang yang teguh pendiriannya. Ia tidak mau berlama-lama tenggelam dalam kesedihan ditinggalkan suami. Ibu Sastrosuharjo segera mengambil alih tugas sebagai pemimpin atau kepala keluarga. dengan berjualan nasi ia membiayai pendidikan putra-putranya. Tetapi karena makin lama dirasakan makin berat, maka kedua kakak Soeharso terpaksa tidak dapat terus bersekolah. Suharto, kakak Soeharso lalu bekerja sebagai carik dan kemudian diangkat menjadi lurah. Dengan kedudukan sebagai lurah itu kakaknya membantu membiayai pendidikan Soeharso.

Sejarah Pahlawan Prof. Soeharso Boyolali


Tahun 1919, Soeharso memasuki sekolah di Sekolah Dasar berbahasa Belanda (HIS = Hollandsch Inlandsche School) di Salatiga. Setelah menamatkan Sekolah Dasar (HIS) paada tahun 1926, Soeharso  lalu melanjutkan sekolahnya di SMP (MULO) di Solo dan selesai pada tahun 1930. Lalu Soeharso melanjutkan sekolahnya di SMA Paspal (AMS = Algemeene Middelbare School Afdeeling B) di Yogyakarta hingga tahun 1933.  Disini, ia aktif dalam organisasi Jong Java yang kemudian menjadi Indonesia Muda. Ia tidak tertarik pada perjuangan politik, tetapi lebih tertarik pada kesenian, yaitu tari dan karawitan Jawa.

Setelah  menyelesaikan pendidikan AMS, Suharso  mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Nederlandsch Indische Artsen School (sekolah dokter) di Surabaya. Selama menjadi mahasiswa ia tetap aktif berkecimpung dalam kesenian. Ia mendirikan perkumpulan kesenian Siswa Mataya di Surabaya.

Pada tahun 1939 Soeharso lulus ujian NIAS dan berhak menggunakan gelar Indisch Arts. Ia mulai bekerja di Rumah Sakit Umum (CBZ) Surabaya.. Karena bertengkar dengan seorang suster bangsa Belanda, ia dipindahkan ke Sambas, Kalimantan Barat. Dalam perjalanannya, Soeharso singgah di Pontianak. Dinilah ia menemukan jodohnya, yaitu gadis Johar Insiyah, putri dr. Agusjam yang sudah lama bermukim di Pontianak. Mereka menikah pada tahun 1941.

Pada awal pendudukan Jepang, Soeharso termasuk dalam daftar orang-orang terpelajar Indonesia yang harus disingkirkan. Soeharso pun meninggalkan Kalimantan kembali ke Jawa. Dia bekerja di Rumah Sakit Jebres,Solo.

Pada masa perang kemerdekaan, Soeharso banyak membantu para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan dengan menjadi dokter PMI. Inilah awal munculnya niat mulia Soeharso untuk membantu korban perang.

Soeharso membantu menolong para pejuang yang cacat fisik. Awalnya, yang ditolong hanyalah korban perang tetapi meluas hingga ke masyarakat umum.

Dia membuat kaki dan tangan palsu untuk mengurangi beban penderita cacat. Selepas perang kemerdekaan, dia belajar ilmu prothesa (ilmu tentang bahan yang dapat diterima manusia) di Inggris. Sekembalinya dari Inggris, dia mendirikan pusat rehabilitasi (RC) di Solo yang hingga sekarang masih berdiri sebagai rujukan nasional. Dia juga salah satu pakar orthopaedi (bedah tulang) di Indonesia.

Sejarah Pahlawan Prof. Soeharso Boyolali


Berkat ketulusan perjuangan kemanusiaannya, negara menganugerahi Soeharso gelar pahlawan nasional. Dia meninggal 27 Februari 1971 dan dimakamkan di Dukuh Seboto, Desa Seboto, kecamatan Ampel, Boyolali. Makamnya ini agak jauh masuk ke dalam desa dari jalan raya Solo-Semarang.

Meskipun bergelar pahlawan nasional, tempat peristirahatan terakhirnya sangat sederhana. Jalan menuju pemakaman itu sudah rusak aspalnya di beberapa titik.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Sejarah Pahlawan Prof. Soeharso Boyolali"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel